Gempa menyebabkan berbagai aktivitas harus dihentikan. Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar. Hal ini mendapatkan perhatian serius dari Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dengan membuka Pos Pelayanan (Posyan) di lima lokasi terpisah. Pendampingan pun akan dilakukan selama tiga bulan ke depan.
Perluasan cakupan pelayanan kepada para penyintas gempa di Kabupaten Cianjur ini menurut Koordinator Divisi Tanggap Darurat, Rehabilitasi dan Rekonstruksi MDMC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Indrayanto akan fokus kepada enam layanan. “Kami akan fokus pada layanan kesehatan, hunian, air dan sanitasi, logistik makanan dan non makanan, dukungan psikososial serta pendidikan darurat,” ujarnya.
Lima lokasi Posyan Muhammadiyah tersebut yaitu Posyan 1 Ciherang di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang akan dijalankan oleh MDMC Jawa Barat dengan tim pendamping psikososial dari Uhamka, Jakarta. Posyan 2 Cariu di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang akan dijalankan oleh MDMC Jawa Timur dengan dan pendampingan psikososial dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kemudian Posyan 3 Kampung Tipar Kaler di Desa Limbangsari, Kecamatan Cianjur akan dijalankan oleh MDMC Jawa Barat dengan kegiatan tim pendampingan psikososial dari MDMC Lampung. Posyan 4 Kampung Barukaso di Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang dijalankan oleh MDMC Jawa Tengah dengan tim pendamping psikososial dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Terakhir, Posyan 5 Kampung Cieundeur di Desa Cieundeur, Kecamatan Warungkondang akan dijalankan oleh MDMC DI Yogyakarta dengan tim pendampingan psikososial dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Indrayanto melanjutkan, saat ini terdapat 175 personil yang ditempatkan untuk menjalankan kelima Posyan Muhammadiyah tersebut. Personil ini berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. “Nantinya para relawan akan ditempatkan secara bergantian, di rolling,” imbuhnya.
Sementara itu, Ade Irvan Nugraha selaku Sekretaris MDMC Jawa Barat menuturkan, di Posyan 1 Ciherang, para relawan Muhammadiyah mendirikan sekolah darurat untuk anak-anak penyintas gempa. Sekolah tersebut berada di atas lahan pertanian milik warga. “Sekolah darurat ini menggantikan SD Negeri yang rusak, menggunakan lahan sayuran milik warga,” tuturnya.
Sekolah ini bisa didirikan setelah kesepakatan tercapai dengan pemilik lahan yaitu biaya pengganti tanaman sebesar dua juta rupiah. Sekolah ini akan dijalankan dengan cara kolaborasi antara relawan Muhammadiyah dan guru-guru setempat yang selama ini mengajar para siswa. “Nanti diusahakan dari UMMI (Universitas Muhammadiyah Sukabumi),” terangnya.
Senada dengan Ade, Ketua Posyan Ciherang, Ridwansah melaporkan bahwa tiga unit tenda untuk sekolah darurat sudah didirikan pada Kamis (01/12). Tenda ini sedianya akan mampu menampung 381 anak-anak kampung Ciherang Rawajaya untuk mengikuti proses belajar mengajar. Sekolah darurat ini didirikan untuk membantu anak-anak penyintas gempa di Kampung Ciherang Rawajaya agar dapat kembali mengenyam pendidika guna meringankan beban psikologis pasca gempa. “Selanjutnya diharapkan agar anak terbiasa kembali menjalani aktivitas tanpa merasa takut atau cemas,” tutupnya. (Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah)